Age of Youth (2016)

Age of Youth (2016)

Drama Korea Age of Youth atau dikenal juga dengan judul Hello, My Twenties! adalah salah satu serial televisi yang mampu menangkap esensi kehidupan remaja dewasa awal dengan sangat realistis dan menyentuh. Tayang pada tahun 2016, drama ini menjadi pembuka mata tentang dinamika hubungan antarteman, tekanan sosial, serta luka pribadi yang tersembunyi di balik wajah ceria para mahasiswi.

Disutradarai oleh Lee Tae-gon dan ditulis oleh Park Yeon-seon, drama ini terdiri dari 12 episode yang tayang di saluran JTBC. Meski memiliki premis yang sederhana, Age of Youth berhasil menyajikan narasi yang kuat, emosional, dan menggugah empati penontonnya.

Sinopsis Singkat

Cerita Age of Youth berfokus pada lima perempuan muda yang tinggal bersama di sebuah rumah kontrakan bernama Belle Epoque. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda dan masing-masing membawa beban hidupnya sendiri. Perjalanan mereka tinggal bersama menghadirkan berbagai dinamika yang penuh konflik, tawa, air mata, dan pelajaran hidup yang berharga.

Kelima tokoh utama adalah:

  • Yoon Jin-myung (Han Ye-ri): Mahasiswi pekerja keras yang menanggung beban ekonomi keluarga dan hampir tidak punya waktu untuk dirinya sendiri.

  • Jung Ye-eun (Han Seung-yeon): Mahasiswi feminin yang terobsesi pada pacarnya, tanpa menyadari bahwa ia sedang berada dalam hubungan yang toksik.

  • Song Ji-won (Park Eun-bin): Sosok eksentrik, ceria, dan percaya bahwa dirinya bisa melihat hantu, namun menyimpan kesepian mendalam.

  • Kang Yi-na (Ryu Hwa-young): Wanita glamor yang terbiasa hidup dengan pria kaya demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

  • Yoo Eun-jae (Park Hye-soo): Pendatang baru di rumah tersebut, seorang gadis polos dari provinsi dengan masa lalu yang kelam.

Tema Sentral: Realita yang Tak Ditunjukkan di Permukaan

Salah satu kekuatan utama Age of Youth adalah keberaniannya dalam mengangkat isu-isu sensitif yang jarang dibahas secara lugas dalam drama Korea. Mulai dari pelecehan dalam pacaran, trauma masa kecil, tekanan akademik, hingga hubungan keluarga yang rumit, semua dikemas dengan pendekatan yang tidak menggurui tetapi jujur dan apa adanya.

Serial ini juga tidak membingkai para tokohnya sebagai karakter “sempurna” layaknya kebanyakan drama remaja. Mereka semua memiliki kekurangan, membuat keputusan buruk, dan terkadang menyakiti satu sama lain. Namun di situlah letak kekuatan cerita ini: memperlihatkan bahwa kedewasaan adalah proses yang rumit dan tidak linier.

Karakter yang Kompleks dan Perkembangan Emosional

Kelima tokoh utama berkembang secara signifikan selama 12 episode. Penonton diajak menyelami dunia batin masing-masing tokoh, memahami alasan di balik perilaku mereka, dan menyaksikan bagaimana mereka perlahan-lahan berdamai dengan masa lalu.

Misalnya, Yoon Jin-myung yang tampak dingin ternyata sedang berjuang menghadapi masalah keuangan dan trauma keluarga. Sementara Yoo Eun-jae yang pendiam ternyata memiliki sejarah kelam yang mempengaruhi sikap sosialnya.

Perkembangan karakter ini terasa alami, tidak tergesa-gesa, dan penuh nuansa. Ini menunjukkan kepiawaian penulis naskah dalam membangun narasi yang mendalam dan menyentuh.

Pesan Moral: Tumbuh Bersama Lewat Luka

Salah satu pesan paling kuat dari Age of Youth adalah bahwa tidak ada yang benar-benar baik-baik saja. Banyak orang menyembunyikan luka dan rasa sakit mereka demi menjaga penampilan luar. Namun dengan kehadiran orang-orang yang mau mendengarkan dan menerima, proses penyembuhan menjadi mungkin.

Drama ini memperlihatkan bahwa persahabatan tidak selalu tentang momen bahagia dan tawa. Justru dalam konflik dan ketidaksepahaman, hubungan bisa tumbuh lebih dalam. Para tokohnya saling membantu, saling menyembuhkan, dan belajar untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.

Aspek Produksi yang Meningkatkan Realisme

Sinematografi dalam Age of Youth cukup sederhana, namun justru itu yang membuat drama ini terasa autentik. Setting rumah kontrakan yang tampak sempit, kamar yang tidak mewah, dan kostum yang realistis memperkuat kesan bahwa kisah ini bisa terjadi pada siapa saja.

Skor musiknya pun tidak berlebihan, tetapi cukup menyayat hati pada saat-saat penting. Lagu-lagu seperti “Butterfly” dari OOHYO atau “Confession” oleh Standing Egg menambah kedalaman emosional di berbagai adegan.

Penerimaan dan Dampak

Age of Youth mendapatkan respon positif dari kritikus dan penonton karena kejujurannya dalam menggambarkan kehidupan perempuan muda. Meski tidak mencetak rating tinggi seperti drama-drama romansa populer lainnya, drama ini berhasil membangun basis penggemar yang solid dan loyal.

Popularitasnya bahkan mendorong dibuatnya musim kedua pada tahun 2017, yang melanjutkan kisah para penghuni Belle Epoque dengan tambahan karakter baru dan konflik yang lebih kompleks.

Kesimpulan

Age of Youth bukan sekadar tontonan drama kampus biasa. Ini adalah potret jujur tentang kehidupan perempuan muda yang penuh perjuangan, luka, dan proses menjadi dewasa. Melalui narasi yang realistis dan karakter yang relatable, drama ini mengajak penonton untuk memahami bahwa semua orang sedang berjuang dalam hidupnya masing-masing.

Bagi siapa pun yang sedang berada di usia 20-an—atau bahkan pernah melewatinya—Age of Youth adalah pengingat bahwa tidak apa-apa untuk merasa lelah, takut, dan tidak sempurna. Karena dalam proses itulah kita tumbuh, menemukan diri sendiri, dan membentuk koneksi yang sejati.